wa samudera cruise


MELAKUKAN SESUATU (BUKAN MEMBICARAKAN) TENTANG PEMBAGIAN DEMOGRAFI

Tanggal Berita : 12-02-2021



(oleh Ibrahim Kholilul Rohman)

 


Bonus Demografi (Demographic dividend) adalah salah satu topik yang hangat dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir:


"Bahwa dengan banyaknya populasi dalam rentangan umur produktif, Indonesia akan maju karena memiliki modal SDM yang melimpah"


Tapi kadang-kadang semangat tersebut tidak  diejawantah dengan road-map yang jelas dan terarah. Beberapa berhenti di tataran riset, seminar dan pembahasan dokumen. Sementara sehari-hari semakin banyak &ldquodemographic dividend&rdquo kita yang placement nya tidak optimal, atau disebut dengan "Not in Education, Employment, or Training= NEET"

 


Salah satu indikatornya buat saya, semakin banyak Indo** dan Alfa** dibangun, di situlah kita akan banyak menumkan NEET tadi. Arguably, akses pendidikan formal tidak murah dan lapangan pekerjaan tidak selalu ada. Dengan mudah beberapa NEET ini akan bertranformasi dari bonus demografi menjadi beban demografi: kebiasaan merokok, begadang malam, menyebabkan kesehatan turun dan akhirnya harus dirawat akibat penyakit-penyakit kronis dengan sumber biaya dari&hellip&hellip.BPJS!
 


Saya sangat beruntung awal November 2020 mendapatkan kesempatan untuk melakukan survey di Bali. Menghabiskan tiga hari survey lapangan di beberapa kota di pulau Dewata tentang: what small step can be done.


Terdapat banyak sekali peluang yang bisa dikembangkan mengelola bonus demografi ini. Little and small action that might bright big impacts, terutama di Bali dengan masyarakat yang terbuka dan hospitality mindset yang mendarah daging.


Awalnya, sempat 10 tahun tinggal di Eropa dan terpaksa harus sering bolak-balik ke Jakarta. Saya kadang amazed dengan teman-teman dari Filipina yang begitu menguasai pasar crew flight attendant maskapai-maskapai internasional, terutama Timur Tengah waktu itu.
"Next flights will to Paris, Rome and London next month"


Suatu hari saya eaves drop seorang pramugara yang sedang mengobrol dengan rekannya. Dia seumuran lulusan S1. Semacam itu kalau kita naik Etihad, Emirates atau Qatar Airways, banyak sekali porsi flight attendants dari negara tersebut.
Indonesia tentu juga ada, tapi jauh lebih sedikit proporsinya.


Bagaimana dengan di laut?
Temuan saya dari hasil diskusi dengan mereka cukup menarik:
"Crew Indonesia terkenal paling rajin, paling tekun bekerja, paling tidak suka neko-neko &hellip.Tapi juga paling lama proses naik pangkatnya dibandingkan kompetitor" ..
Tapi tidak semua crew, it is talking about stereotyping 
Kenapa?
"Karena Bahasa Inggris kita relative terbatas. Jadi jika yang dari Filipina akan merajai atau meratui deck atas&mdashand there we go where the money is from karena bisa langsung berinteraksi dengan customers dan tamu-tamu. Kami berada di dapur atau galley"


Inilah langkah sedikit yang kami lakukan bekerjasama dengan salah satu the best hospitality school di Bali. Mediteranian Bali yang sudah sangat lama dalam crew and hospitality training dan Samudera Indonesia yang sudah lebih dari 50 tahun di atas laut membangun salah satu embrio dari "Samudera University" yang berawal dari hospitality and crew training.


Nantinya, jika Bali berhasil, maka akan dikembangkan juga di tempat-tempat lain di Indonesia.
Karena tidak semua generasi memiliki akses ke pendidikan tinggi
Dan terlebih..
Karena bonus demografi harus dikelola dengan aksi.


Kembali